7Februari 2021: Hari Minggu Biasa V. 31 Januari 2021: Hari Minggu Biasa IV. 10 Januari 2021: Pesta Pembaptisan Tuhan. 3 Januari 2021: Hari Raya Penampakan Tuhan. 27 Desember 2020: Pesta Keluarga Kudus. 25 Desember 2020: Hari Raya Natal (Misa Siang) 25 Desember 2020: Hari Raya Natal (Misa Fajar) 24/25 Desember 2020: Hari Raya Natal (Misa MalamMinggu Palma 14 April 2019, KISAH SENGSARA TUHAN BACAAN Yes 504-7 – “Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu” Flp 26-11 – “Yesus Kristus telah merendahkan diri, maka Allah sangat meninggikan Dia” Luk 2214-2356 – Kisah Sengsara Tuhan RENUNGAN Hari ini adalah Minggu Palma. Kita memulai minggu suci dan merenungkan misteri Paskah Tuhan yang menyelamatkan umat manusia. Allah yang menderita sengsara dan wafat di kayu salib pasti tidak bisa diterima oleh orang-orang yang tidak percaya akan Yesus, karena sangat bertentangan dengan sifat Allah yang mahakuasa. Bagi mereka, Allah bisa mengatakan apa saja tanpa terikat manusia, termasuk mengampuni dosa manusia. Mengapa Allah perlu menjadi manusia dan menderita untuk menghancurkan penderitaan dosa dan maut? Allah ingin menanamkan sikap melawan dosa dan maut itu dalam diri manusia, karena Allah menjamin kebebasan manusia dan tidak mau menjadikan manusia sebagai robot. Dan Allah, dalam diri Yesus Kristus, memberi contoh bagaimana melawan dosa dan maut. Ia memasukkan diri-Nya dalam rantai dosa, walau pun Ia sendiri tidak berdosa, dan menghancurkan roh dosa itu dari dalam. Ia memutuskan logika dan proses terbentuknya dosa. Ia menempatkan diri sebagai seorang hamba Tuhan yang menderita Yes 504-7. “Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri … Ia telah merendahkan diri-Nya … Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” Flp 26-11. Itulah penebusan dan penyelamatan. Beranikah aku menjadi alter Kristus bagi orang lain? MS Related Post navigation RenunganHarian Katolik Minggu 14 April 2019, 'Makna Dialektika Hosana Putera Daud dan Salibkan Dia' Renungan Harian Katolik Minggu 14 April 2019, 'Makna Dialektika Hosana Putera Daud dan Salibkan Dia' Sabtu, 9 Juli 2022; Cari. Network. Tribunnews.com; TribunnewsWiki.com; TribunStyle.com;
Minggu Palma Ist DALAM upacara perarakan Minggu Palma tahun ini dibacakan kisah Yesus memasuki Yerusalem menurut Luk 1928-40. Ia sadar perjalanan ini bakal berakhir dengan penolakan para pemimpin dan pengorbanan diri di salib dan kebangkitannya. Tiga kali, hal ini diberitakannya kepada para murid, tetapi mereka menganggap ini semua tak masuk akal. Namun demikian, Yesus tetap mengarahkan pandangannya ke sana, ke Yerusalem seperti dikatakan dalam Luk 951 “Ketika hampir tiba waktunya Yesus diangkat ke surga, Ia mengarahkan pandangannya untuk pergi ke Yerusalem.” Dalam ayat itu, Yerusalem ditulis Lukas sebagai Ierousaleem bisa diplesetkan sebagai “Yeru-zalim”, yakni kota yang menolak kedatangannya. Tapi dalam Luk 1928 yang dibacakan hari ini disebutkan “Setelah mengatakan semuanya itu Yesus mendahului mereka dan meneruskan perjalanannya ke Hierosolyma.” Maksud Lukas, ini kota yang bersedia menerimanya. Bisa diperdengarkan sebagai “Yeru-syalom”. Kita akan melihat bagaimana kota itu menerima kedatangannya. Berteologi dengan tindakan Yesus memasuki Yerusalem – Hierosolyma dengan menunggang keledai muda yang belum pernah ditunggangi orang. Dia-lah penunggangnya yang pertama. Apa artinya? Orang Israel yang mengharap-harapkan kedatangan Mesias dari Tuhan akan segera menangkap bahasa tindakan Yesus itu. Mereka ingat nubuat Nabi Zakharia 99 mengenai kedatangan Raja Mesias di Sion/Yerusalem. Dan dalam kisah perjalanan memasuki Yerusalem menurut Matius, nubuat itu dikutip dalam Mat 215. Lengkapnya begini “Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai putri Sion, bersorak-sorailah, hai putri Yerusalem. Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya . Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai betina, seekor keledai beban yang muda.” Terasa luapan kegembiraan menyongsong dia yang datang ini. Dia itu raja bagi semua orang “adil” dan yang datang dengan penuh kekuatan “jaya”. Walaupun penuh kebesaran, ia dapat merasakan kebutuhan orang, ia bahkan ikut merasakan penderitaan orang “lemah lembut”. Kebesarannya cukup ditandai dengan berjalan mendatangi kotanya tanpa menjejak tanah sehingga kakinya tetap bersih. Dan orang-orang juga menghamparkan pakaian mereka di jalanan ayat 36 agar Yesus bisa lewat tanpa menyentuh tanah. Dia raja yang memasuki tempat kejayaannya tanpa bersentuhan dengan “adamah”, tanah, yakni kemanusiaan yang lemah. Ia penuh dengan kekuatan ilahi. Orang-orang yang menyongsongnya sadar akan bahasa teologi ini. Mereka itu warga Hierosolyma, bukan Ierousaleem. Nubuat Nabi Zakharia yang dikutip tadi masih ada kelanjutannya. Ayat berikutnya menyebut “Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa”. Kedatangannya itu bukan arak-arakan yang jadi tontonan belaka. Ia membawakan kelegaan, ia datang menanam benih damai dalam lubuk hati orang-orang yang menerimanya di Hierosolyma. Di kota ini orang tak perlu lagi takut terancam kekerasan yang melindas atau senjata yang membinasakan. Mereka tak usah kehilangan harapan. Inilah buah pertama dari sikap mau menerima kedatangannya. Yang tidak setuju Hanya dalam Injil Lukas-lah didapati percakapan antara kaum Farisi dengan Yesus. Mereka berkata kepada Yesus, “Guru, tegurlah murid-muridmu itu!” ayat 39. Permintaan ini bukan tanpa alasan. Boleh jadi mereka khawatir bakal terjadi keonaran menjelang hari raya. Maklum pengawasan dari pihak penguasa Romawi amat ketat. Tetapi rupa-rupanya mereka lebih merisaukan cara Yesus berdialog iman dengan orang-orang yang menyambutnya itu. Ini bukan cara yang lazim. Tidak mengikuti jalurnya kaum terhormat. Orang yang terpelajar – guru – kok main drama teologi jalanan seperti itu. Ini tidak ya semestinya menenangkan, mengajar disiplin, meneruskan doktrin, urusan berteologi dan menumbuhkan iman itu nanti saja… urusan orang pribadi. Jawaban Yesus ayat 40 membuat kita berpikir. Bila orang-orang membisu, batu-batu itu akan berteriak. Memang ini reaksi yang agak tajam. Namun kata-kata itu mengingatkan pada kenyataan yang lebih dalam. Orang Farisi tidak peka akan makna peristiwa tadi. Jawaban Yesus yang menyebut batu-batu jalanan akan berteriak bila manusia diam saja menunjuk pada kepekaannya akan alam dan kepekaan yang ada pada alam akan siapa yang datang ini. Masuknya Yesus ke Yerusalem juga diikuti oleh alam semesta, diamati juga oleh batu-batu yang hingga kini masih diam. Alam belum bersuara, manusia masih memiliki semua kesempatan untuk mengungkapkan diri. Nanti bila manusia sudah kehabisan kata, alam akan mulai berperan. Di Golgota nanti alam akan berteriak mengajar manusia melihat apa yang sedang terjadi. Tetapi sekarang ini masih masanya manusia, masa kita. Dan dalam menghadapi kedatangan Yesus itu, ada dua pilihan berada di Ierousaleem atau di Hierosolyma. Pilihan pertama akan membuat kita tak mau tahu dan bungkam. Tapi kita akan mendengar alam berbicara keras-keras nanti. Pada saat Yesus wafat, ada gempa, bukit-bukit batu terbelah, kubur terbuka, arwah orang kudus yang meninggal dibangkitkan. Sesudah kebangkitan Yesus, mereka keluar dari kubur, masuk ke kota kudus dan menampakkan diri kepada banyak orang. Ini diungkapkan dalam Mat 2751-53. Dan pilihan membisu sebagai Ierousaleem itu hanya akan membuat kita melihat kejadian ini, tanpa bisa ikut serta. Itu pilihan yang menaruh diri di jalan kehancuran. Untung kini, kita masih mempunyai waktu pindah mencari jalan ke Hierosolyma, ke Kota Damai. Kisah Sengsara Luk 2214-2356 TANYA Anda pernah menafsirkan Kisah Sengsara demikian “Kisah tragis manusia tak berdosa itu [=Yesus] disampaikan kepada orang banyak bukan agar orang terharu dan meratapinya, melainkan untuk membuat orang makin peka menyadari sampai di mana kekuatan-kekuatan jahat dapat memerosotkan kemanusiaan. Juga untuk mempersaksikan bahwa Yang Ilahi tidak bakal kalah atau meninggalkan manusia sendirian. Inilah kabar baik bagi semua orang.” Tolong diterangkan sedikit lagi. JAWAB Bagi pembaca yang mendalami warta Injil-Injil, Yesus itu dia yang patut diimani Markus, keikhlasannya itulah kebesarannya Matius, dalam ujud mempersaksikan penderitaan manusia di hadapan Tuhan Bapanya Lukas, dan inilah kekuatan yang dibagikannya kepada umat manusia Yohanes. Injil-Injil memuat narasi kesaksian mengenai siapa dia yang menjalani sengsara sampai mati di salib itu. TANYA Kisah Sengsara yang dibacakan dalam Minggu Palma kali ini diambil dari Injil Lukas 2214-2356. Tolong dijelaskan kekhususannya. JAWAB Pada saat terakhir di kayu salib, seperti dicatat Lukas, Yesus berseru nyaring “Ya Bapa ke dalam tangan-Mu kuserahkan nyawaku!” Luk 2346. Tampil gambaran Yesus yang tabah menanggung sengsara sampai mati disalib mempertaruhkan dirinya bagi kemanusiaan di hadapan Tuhan yang dialaminya sebagai Bapa itu. Singkatnya, dalam Kisah Sengsara Injil Lukas, Yesus itu martir demi semua orang. Kisah Sengsara menurut Markus lebih menampilkan Yesus sebagai tokoh yang patut dipercaya karena ia datang khusus diutus Tuhan untuk menghadirkan-Nya kembali di tengah-tengah manusia. Matius memberi penekanan lain. Ia membuat pembaca Kisah Sengsara yang ditulisnya menyadari kebesaran Yesus dalam menjalani penderitaannya. Yohanes lain lagi. Ia mengusahakan agar pembaca Injilnya ikut serta dalam kekuatan batin orang yang percaya bahwa Yang Ilahi itu ialah Bapa yang Maha Rahim. TANYA Belakangan ini gagasan martir agak menyeramkan. Bagaimana bicara perkara ini tanpa membuat orang berpikir ke sana. JAWAB Inilah yang agaknya mau dikatakan penulis di Tempo itu. Jangan membaca kisah itu sebagai ajakan meratapi, tetapi sebagai Kabar Gembira. Keterangannya begini. Dalam Injil, khususnya Lukas, penderitaan dan wafat Yesus itu kesaksian manusia bagi Tuhan, bukan bagi manusia meski dijalankan demi seluruh umat manusia. Orang boleh berharap kesaksian itu diterima Tuhan. Dan kebangkitannya itu kesaksian Tuhan bagi manusia, penegasan bahwa harapan manusia terpenuhi. Karena itu tak ada alasan untuk meratapi penderitaan Yesus. Yang ada ialah alasan untuk mempercayainya sebagai Kabar Gembira bagi semua orang. TANYA Apa penderitaan yang dipersaksikan kepada manusia tidak berguna? JAWAB Bukan itu maksudnya. Manusia bisa dan sepatutnya solider akan penderitaan sesama. Namun warta Kisah Sengsara ialah warta Injili. Penderitaan dan wafat Yesus itu bernilai karena ia menunjukkan kepada Tuhan betapa manusia tidak bisa lagi dikenali sebagai manusia karena terlalu dikuasai kekerasan. Penderitaan Yesus membuat Tuhan tak bisa ingkar melihat kemanusiaan. Tahankah Engkau melihat ini semua, sebagai Bapa umat manusia? Masihkah jauhkah Engkau? Atau, mengutip kata-kata Yesus di salib “Eloi, eloi, lama sabakhtani?” Dan jawaban terdengar dalam peristiwa kebangkitan. Yesus yang bangkit itu Sabda Tuhan kepada manusia. Orang dapat mengenali kehadiran-Nya – “Ia itu Tuhan.” Salam, A. Gianto
MingguPalma, atau secara resmi disebut Hari Minggu Palma Mengenangkan Sengsara Tuhan, adalah hari peringatan dalam liturgi Gereja Kristen, 2019 14 April: 21 April 2020 5 April: 12 April 2021 28 Maret: 25 April 2022 10 April: 17 April 2023 2 April: 9 April 2024 24 Maret: 28 April 2025 13 April 2026 29 Maret: 5 AprilMinggu, 14 April 2019 Hari Minggu Palma - Hari Minggu Prapaskah VI - Mengenangkan Sengsara Tuhan Hari ini biarlah kita juga menyanyikan lagu suci, sambil melambaikan rantai rohani jiwa kita Diberkatilah yang datang dalam nama Tuhan, Raja Israel - St. Andreas dari Kreta Terpujilah Putra Daud! Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan! Terpujilah Yang Mahatinggi! Hosanna filio David benedictus qui venit in nomine Domini. Rex Israel Hosanna in excelsis. Hari ini kita mengawali Pekan Suci dengan merayakan Minggu Palma. Perayaan ini disebut Minggu Palma karena kita mengenangkan Yesus yang memasuki kota Yerusalem dan dielu-elukan oleh khalayak ramai dengan membawa daun palma. Konon, daun palma merupakan simbol kemenangan dan sering digunakan untuk menyatakan kemangan para martir. Maka, kalau sekarang kita menggunakan daun palma, itu karena kita menyongsong kemartiran Kristus yang mendatangkan kemenangan atas dosa dan kita bersama-sama memohon kepada Tuhan agar Ia berkenan menguduskan dan memberkati daun-daun palma ini yang akan kita pakai untuk mengiringi Kristus dalam menyongsong sengsara-Nya demi keselamatan kita. Dalam perjalanan-Nya ke Yerusalem, ketika telah dekat Betfage dan Betania, yang terletak di gunung yang bernama Bukit Zaitun, Yesus menyuruh dua orang murid-Nya dengan pesan, “Pergilah ke kampung yang di depanmu itu! Pada waktu masuk kampung itu, kamu akan mendapati seekor keledai muda tertambat, yang belum pernah ditunggangi orang. Lepaskanlah keledai itu dan bawalah ke mari! Dan jika ada orang bertanya kepadamu, Mengapa kamu melepaskannya?’ Jawablah begini, Tuhan memerlukannya’.” Lalu pergilah kedua murid yang disuruh itu, dan mereka mendapati segala sesuatu seperti yang telah dikatakan Yesus. Ketika mereka melepaskan keledai itu, berkatalah orang yang empunya keledai itu, “Mengapa kamu melepaskan keledai itu?” Kata mereka, “Tuhan memerlukannya.” Mereka membawa keledai itu kepada Yesus, lalu mengalasinya dengan pakaian mereka, dan menolong Yesus naik ke atasnya. Dan sementara Yesus mengendarai keledai itu, mereka menghamparkan pakaian di jalan. Ketika Yesus sudah dekat Yerusalem, di jalan yang menurun dari Bukit Zaitun, mulailah semua murid yang mengiringi Dia bergembira dan memuji Allah dengan suara nyaring oleh karena mukjizat yang telah mereka lihat. Kata mereka, “Diberkatilah Dia yang datang sebagai Raja dalam nama Tuhan! Damai sejahtera di surga dan kemuliaan di tempat yang mahatinggi!” beberapa orang Farisi yang turut dengan orang banyak itu berkata kepada Yesus, “Guru, tegurlah murid-murid-Mu itu!” Jawab Yesus kepada mereka, “Aku berkata kepadamu Jika mereka ini diam, maka batu-batu ini akan berteriak.” U. Sabda-Mu sungguh mengagumkan!* Sambil membawa ranting-ranting zaitun anak-anak Ibrani menyambut Tuhan seraya berseru Hosanna di tempat yang Mzm 24 1. Milik Tuhanlah bumi dan segala isinya*, jagat dan semua penghuninya. Ia telah mendasarkan di atas lautan* dan menegakkan di atas sungai-sungai. 2. Siapakah yang mendaki gunung Tuhan* dan berdiri di tempat kudus-Nya? Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, + dan tidak menginginkan dusta*, dan juga tidak bersumpah palsu. 3. Ia akan mendapat berkat dari Tuhan*, dan rahmat dari Allah penyelamatnya. Inilah bangsa yang mencari Dia*, yang mencari wajah Allah Yakub. 4. Tinggikanlah tiangmu, hai gapura-gapura, + dan lebarkanlah dirimu, hai gerbang abadi*, supaya masuklah raja mulia. Siapakah itu raja mulia?* Tuhan yang mahakuat dan mahakuasa, Tuhan yang jaya dalam pertempuran. 5. Tinggikanlah tiangmu, hai gapura-gapura, + dan lebarkanlah dirimu, hai gerbang abadi, supaya masuklah raja mulia. Siapakah itu raja mulia? * Allah segala kuasa, Dialah raja mulia.* Anak-anak Ibrani membentangkan pakaian di jalan dan berseru Hosanna bagi Putra Daud. Diberkatilah yang datang dalam nama Mzm 47 1. Bertepuktanganlah, hai segala bangsa, * bersoraklah bagi Allah dengan nyanyian gembira. raja agung atas seluruh bumi. 2. Ia menaklukkan bangsa-bangsa kepada kita, * dan menundukkan suku-suku ke bawah kaki kita. kebanggaan Yakub yang dicintai-Nya. Tuhan mengangkasa diiringi bunyi sangkakala. 3. Bermazmurlah bagi Allah, bermazmurlah, * bermadahlah bagi raja kita, bermadahlah. bermadahlah dengan tulus hati. 4. Allah memerintah segala bangsa, * Ia bersemayam di atas takhta-Nya yang kudus. sangat mulialah pula. Antifon Pembuka bdk. Yoh 121, 12-13; Mzm 249-10* Enam hari sebelum Hari Raya Paskah, tatkala Tuhan memasuki Kota Yerusalem, anak-anak menyongsong Dia. Mereka membawa daun palma dan bersorak gembira* Hosanna di tempat yang mahatinggi. Diberkatilah Engkau yang datang dengan membawa kerahiman berlimpah. Tinggikanlah tiangmu, hai gapura-gapura, dan lebarkanlah dirimu, hai gerbang abadi, supaya masuklah raja mulia. Siapakah itu raja mulia? Allah segala kuasa, Dialah raja mulia.* Hosanna di tempat yang mahatinggi. Diberkatilah Engkau yang datang dengan membawa kerahiman berlimpah. Allah Bapa yang Mahakuasa dan kekal, Engkau telah mengutus Putra-Mu mengenakan kemanusiaan kami dan memanggul salib hina. Perkenankanlah kami sebagai hamba-hamba mengikuti rajanya dalam dukacita penderitaan, agar dapat ikut serta dalam sukacita kebangkitan-Nya. Dengan pengantaraan Yesus Kristus, Putra-Mu, Tuhan kami, yang bersama Dikau, dalam persatuan Roh Kudus, hidup dan berkuasa, Allah, sepanjang segala masa. Amin."Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu." Tuhan Allah telah memberikan kepadaku lidah seorang murid, supaya dengan perkataanku aku dapat memberi semangat baru kepada orang yang letih lesu. Setiap pagi Ia mempertajam pendengaranku untuk mendengar seperti seorang murid. Tuhan Allah telah membuka telingaku, dan aku tidak memberontak, tidak berpaling ke belakang. Aku memberi punggungku kepada orang-orang yang memukul aku, dan pipiku kepada orang-orang yang mencabuti janggutku. Aku tidak menyembunyikan mukaku ketika aku dinodai dan diludahi. Tetapi Tuhan Allah menolong aku; sebab itu aku tidak mendapat noda. Maka aku meneguhkan hatiku seperti teguhnya gunung batu, karena aku tahu bahwa aku tidak akan mendapat malu. U. Syukur kepada Allah. Saudara-saudara, walaupun dalam rupa Allah, Kristus Yesus tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan. Sebaliknya Ia telah mengosongkan diri-Nya sendiri dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan menganugerahi-Nya nama di atas segala nama, supaya dalam nama Yesus bertekuk lututlah segala yang ada di langit, yang ada di atas dan di bawah bumi, dan bagi kemuliaan Allah Bapa semua lidah mengakui “Yesus Kristus adalah Tuhan”. Demikianlah sabda Tuhan. U. Syukur kepada Allah. Bait Pengantar Injil, do = bes, PS 965Ref. Terpujilah Kristus Tuhan, Raja mulia dan Flp 28-9Kristus taat untuk kita sampai wafat-Nya di salib. Dari sebab itulah Allah mengagungkan Yesus, dan menganugerahkan nama yang paling luhur kepada-Nya. N Narator † Yesus PP Pontius Pilatus Pe Petrus Rs Para Rasul/Murid Im Imam Agung S Serdadu R Wakil Rakyat W Wanita SO Semua Orang N. Inilah Kisah Sengsara Tuhan kita Yesus Kristus menurut Lukas 2214-2356 N. Ketika tiba saat perjamuan Paskah, Yesus duduk makan bersama-sama dengan rasul-rasul-Nya. Kata-Nya kepada mereka, †. “Aku sangat rindu makan Paskah ini bersama-sama dengan kamu, sebelum Aku menderita. Sebab Aku berkata kepadamu Aku tidak akan memakannya lagi sampai perjamuan ini digenapkan dalam Kerajaan Allah.” N. Kemudian Yesus mengambil sebuah cawan, mengucap syukur, lalu berkata, †. “Ambillah ini dan bagikanlah di antara kamu! Sebab Aku berkata kepadamu Mulai sekarang ini Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur sampai Kerajaan Allah telah datang.” N. Lalu Yesus mengambil roti, mengucap syukur, memecah-mecahnya dan memberikannya kepada mereka, seraya berkata, †. “Inilah Tubuh-Ku yang diserahkan bagi kamu; perbuatlah ini untuk mengenangkan Daku.” N. Demikian juga dibuat-Nya dengan cawan sesudah makan; Ia berkata, †. “Cawan ini adalah perjanjian baru oleh darah-Ku, yang ditumpahkan bagi kamu. Tetapi, lihat, tangan orang yang menyerahkan Aku ada bersama Aku di meja ini. Sebab Anak Manusia memang akan pergi seperti yang telah ditetapkan, akan tetapi celakalah orang yang olehnya Ia diserahkan!” N. Lalu mulailah mereka mempersoalkan siapa di antara mereka yang akan berbuat demikian. Lalu terjadilah juga pertengkaran di antara murid-murid Yesus tentang siapa yang dapat dianggap terbesar di antara mereka. Yesus berkata kepada mereka, †. “Raja-raja para bangsa memerintah rakyatnya, dan orang-orang yang menjalankan kuasa atas mereka disebut pelindung’. Tetapi janganlah demikian di antara kamu; yang terbesar di antara kamu hendaklah menjadi sebagai yang paling muda, dan yang pemimpin menjadi pelayan. Sebab siapakah yang lebih besar yang duduk makan atau yang melayani? Bukankah dia yang duduk makan? Tetapi Aku ada di tengah-tengah kamu sebagai pelayan. Kamulah yang tetap tinggal bersama-sama Aku dalam segala pencobaan yang Aku alami. Maka Aku menentukan hak-hak Kerajaan bagi kamu, sama seperti Bapa-Ku menentukannya bagi-Ku. Kamu akan makan dan minum semeja dengan Aku di dalam Kerajaan-Ku, dan kamu akan duduk di atas takhta untuk menghakimi kedua belas suku Israel.” N. Kemudian Yesus berkata kepada Petrus, †. “Simon, Simon, lihat Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti gandum. Tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.” N. Jawab Petrus, Pe. “Tuhan, aku bersedia masuk penjara dan mati bersama-sama dengan Engkau!” N. Tetapi Yesus berkata, †. “Aku berkata kepadamu, Petrus, hari ini ayam tidak akan berkokok, sebelum engkau tiga kali menyangkal Aku.” N. Lalu Yesus berkata kepada semua rasul, †. “Ketika Aku mengutus kamu dengan tidak membawa pundi-pundi, bekal dan kasut, adakah kamu kekurangan apa-apa?” N. Jawab mereka, Rs. “Suatu pun tidak!” N. Kata-Nya kepada mereka, †. “Tetapi sekarang ini, siapa yang mempunyai pundi-pundi, hendaklah ia membawanya; demikian juga yang mempunyai bekal, dan siapa yang tidak mempunyainya, hendaklah ia menjual jubahnya dan membeli pedang. Sebab Aku berkata kepada kamu, bahwa nas Kitab Suci ini harus digenapi pada-Ku Ia akan terhitung di antara pemberontak-pemberontak. Sebab apa yang tertulis tentang Aku sedang digenapi.” N. Kata mereka, Rs. “Tuhan, ini ada dua pedang.” N. Jawab-Nya, †. “Sudah cukup!” N. Lalu pergilah Yesus ke luar kota, dan sebagaimana biasa Ia menuju Bukit Zaitun. Murid-murid-Nya juga mengikuti Dia. Setelah tiba di tempat itu Ia berkata kepada mereka. †. “Berdoalah supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” N. Kemudian Yesus menjauhkan diri dari mereka kira-kira sepelempar batu jaraknya. Di sana Ia berlutut dan berdoa, kata-Nya. †. “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku. Tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang hendaknya terjadi.” N. Maka seorang malaikat dari langit menampakkan diri untuk memberi kekuatan kepada-Nya. Yesus sangat ketakutan, dan makin bersungguh-sungguh berdoa. Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan di tanah. Lalu Ia bangkit dari doa-Nya dan kembali kepada murid-murid-Nya. Tetapi Ia mendapati mereka sedang tidur karena dukacita. Kata-Nya kepada mereka, †. “Mengapa kamu tidur? Bangunlah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan.” N. Waktu Yesus masih berbicara, datanglah serombongan orang, sedang murid-Nya yang bernama Yudas mendekati Dia untuk mencium-Nya. Maka kata Yesus kepadanya, †. “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” N. Ketika mereka, yang bersama-sama dengan Yesus, melihat apa yang akan terjadi, berkatalah mereka, Rs. “Tuhan, mestikah kami menyerang mereka dengan pedang?” N. Dan seorang dari mereka menyerang hamba Imam Agung, sehingga putuslah telinga kanannya. Tetapi Yesus berkata, †. “Sudahlah!” N. Lalu Yesus menjamah telinga orang itu dan menyembuhkannya. N. Maka Yesus berkata kepada imam-imam kepala dan para kepala pengawal bait Allah serta tua-tua yang datang untuk menangkap Dia, kata-Nya, †. “Sangkamu Aku ini penyamun, maka kamu datang lengkap dengan pedang dan pentung? Padahal tiap-tiap hari Aku ada di tengah-tengah kamu di dalam bait Allah, dan kamu tidak menangkap Aku. Tapi inilah saatmu, dan inilah kuasa kegelapan itu!” N. Lalu Yesus ditangkap dan dibawa dari tempat itu. Ia digiring ke rumah Imam Agung. Dan Petrus mengikuti dari jauh. Di tengah-tengah halaman rumah itu orang memasang api, dan mereka duduk mengelilinginya. Petrus juga duduk di tengah-tengah mereka. Seorang hamba perempuan melihat dia duduk dekat api; ia mengamat-amati Petrus, lalu berkata, W. “Orang ini juga bersama-sama dengan Yesus!” N. Tetapi Petrus menyangkal, katanya, Pe. “Bukan, aku tidak mengenal Dia!” N. Tidak berapa lama kemudian seorang lain melihat dia lalu berkata, R. “Engkau juga seorang dari mereka!” N. Tetapi Petrus berkata, Pe. “Bukan, aku bukan seorang dari mereka!” N. Dan kira-kira sejam kemudian seorang lain lagi berkata dengan tegas, R. “sungguh, orang ini juga bersama-sama dengan Yesus, sebab ia juga orang Galilea.” N. Tetapi Petrus berkata, Pe. “Bukan, aku tidak tahu apa yang engkau katakan.” N. Seketika itu juga, sementara Petrus berkata, berkokoklah ayam. Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya, “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku.” Lalu Petrus pergi ke luar dan menangis dengan sedih. Sementara itu Yesus diolok-olok dan dipukuli oleh orang-orang yang menahan-Nya. Mereka menutupi muka Yesus dan bertanya, R. “Coba katakan, siapa yang memukul Engkau?” N. Dan banyak lagi hujat yang mereka ucapkan kepada-Nya. Setelah hari siang, berkumpullah sidang para tua-tua Bangsa Yahudi, imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat. Lalu mereka menghadapkan Yesus ke Mahkamah Agama mereka, katanya, Im. “Jikalau Engkau adalah Mesias, katakanlah kepada kami.” N. Jawab Yesus, †. “Sekalipun Aku mengatakan kepadamu, kamu toh tidak percaya! Dan sekalipun Aku bertanya sesuatu kepadamu, kamu toh tidak akan menjawab. Mulai sekarang Anak Manusia sudah duduk di sebelah kanan Allah Yang Mahakuasa.” N. Kata mereka semua, SO. “Kalau begitu, Engkau ini Anak Allah?” N. Jawab Yesus, †. “Kamu sendiri mengatakan bahwa Akulah Anak Allah.” N. Lalu kata mereka, SO. “Untuk apa kita perlu kesaksian lagi? Kita telah mendengarnya dari mulut-Nya sendiri!” N. Lalu bangkitlah seluruh sidang itu, dan Yesus dibawa menghadap Pilatus. Di situ mereka mulai menuduh Dia, katanya, SO. “Telah kedapatan oleh kami, bahwa orang ini menyesatkan bangsa kami; Ia melarang orang membayar pajak kepada kaisar, dan tentang diri-Nya Ia mengatakan, bahwa Ia adalah Kristus, yaitu Raja.” N. Pilatus bertanya kepada Yesus, PP. “Benarkah Engkau raja orang Yahudi?” N. Jawab Yesus, †. “Engkau sendiri mengatakannya.” N. Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu, PP. “Aku tidak menemukan kesalahan apa pun pada orang ini.” N. Tetapi mereka makin kuat mendesak, katanya, SO. “Ia menghasut rakyat dengan ajaran-Nya di seluruh Yudea! Ia mulai di Galilea, dan kini sudah sampai di sini!” N. Ketika Pilatus mendengar itu, ia bertanya, apakah Yesus itu seorang Galilea. Dan ketika tahu bahwa Yesus seorang dari wilayah Herodes, Pilatus mengirim Dia menghadap Herodes, yang pada waktu itu ada juga di Yerusalem. Ketika melihat Yesus, Herodes sangat girang. Sudah lama ia ingin melihat Yesus, karena ia sering mendengar tentang Dia; lagi pula ia berharap dapat melihat bagaimana Yesus mengadakan suatu tanda. Ia mengajukan banyak pertanyaan kepada Yesus, tetapi Yesus tidak memberi jawab apa pun. Sementara itu imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat maju ke depan, dan melontarkan tuduhan-tuduhan yang berat kepada Yesus. Maka mulailah Herodes dan pasukannya menista serta mengolok-olok Yesus. Ia mengenakan jubah kebesaran kepada Yesus, lalu mengirim Dia kembali kepada Pilatus. Dan pada hari itu juga bersahabatlah Herodes dan Pilatus, yang sebelumnya bermusuhan. Lalu Pilatus mengumpulkan imam-imam kepala serta rakyat, dan berkata kepada mereka, PP. “Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksanya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepada-Nya tidak ada yang kudapati pada-Nya. Herodes pun tidak menemukan kesalahan pada-Nya, sehingga ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apa pun yang dilakukan-Nya yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya. Sebab Pilatus wajib melepaskan seorang tahanan bagi rakyat pada hari raya itu. N. Tetapi mereka berteriak bersama-sama, SO. “Enyahkanlah Dia, lepaskanlah Barabas bagi kami!” N. Barabas ini dimasukkan ke dalam penjara berhubung dengan suatu pemberontakan yang telah terjadi di dalam kota dan karena pembunuhan. Sekali lagi Pilatus berbicara dengan suara keras kepada mereka, karena ia ingin melepaskan Yesus. Tetapi mereka berteriak membalasnya, SO. “Salibkanlah Dia! Salibkanlah Dia!” N. Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka, PP. “Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahan pun yang kudapati pada-Nya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi Aku akan menghajar Dia, lalu melepaskan-Nya.” N. Tetapi dengan berteriak mereka mendesak dan menuntut, supaya Yesus disalibkan. Akhirnya mereka menang dengan teriakan mereka. Lalu Pilatus memutuskan, supaya tuntutan mereka dikabulkan. Jadi Pilatus melepaskan Barabas yang dimasukkan ke dalam penjara karena pemberontakan dan pembunuhan itu sesuai dengan tuntutan mereka. Ketika membawa Yesus untuk disalibkan, para serdadu menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu meletakkan salib Yesus di atas bahunya, supaya ia memikul sambil mengikuti Yesus. Sejumlah besar orang mengikuti Yesus; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata, †. “Hai putri-putri Yerusalem, janganlah kamu menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu! Sebab lihat, akan tiba masanya orang berkata Berbahagialah perempuan mandul, berbahagialah perempuan yang rahimnya tidak pernah melahirkan dan yang tidak pernah menyusui. Maka orang akan mulai berkata kepada gunung-gunung Runtuhlah menimpa kami! Dan kepada bukit-bukit Timbunlah kami! Sebab jikalau orang berbuat demikian terhadap kayu hidup, apakah yang akan terjadi dengan kayu kering?” N. Bersama Yesus digiring juga dua orang lain, yaitu dua penjahat untuk dihukum mati bersama-sama dengan Dia. Ketika mereka sampai di tempat yang bernama Tengkorak, mereka menyalibkan Yesus di situ. Kecuali Yesus, disalibkan juga kedua orang penjahat itu, yang seorang di sebelah kanan, yang lain di sebelah kiri-Nya. Ketika bergantung di salib, Yesus berkata, †. “Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat.” N. Dan mereka membuang undi untuk membagi pakaian Yesus. Orang banyak berdiri di situ dan melihat semuanya. Pemimpin-pemimpin mengejek Yesus, katanya, R. “Orang lain Ia selamatkan, biarlah sekarang Ia menyelamatkan diri-Nya sendiri, jika Ia benar-benar Mesias, orang yang dipilih Allah.” N. Juga prajurit-prajurit mengolok-olok Dia; mereka mengunjukkan anggur asam kepada-Nya dan berkata, S. “Jika Engkau raja orang Yahudi, selamatkanlah diri-Mu!” N. Ada juga tulisan di atas kepala-Nya Inilah Raja orang Yahudi. Salah seorang dari penjahat yang digantung itu menghujat Yesus, katanya, R. “Bukankah Engkau Kristus? Selamatkanlah diri-Mu dan kami!” N. Tetapi penjahat yang seorang lagi menegur dia, katanya, R. “Tidakkah engkau takut, juga tidak kepada Allah? Padahal engkau menerima hukuman yang sama! Kita memang selayaknya dihukum, sebab kita menerima balasan yang setimpal dengan perbuatan kita, tetapi orang ini tidak berbuat sesuatu yang salah.” N. Lalu ia berkata kepada Yesus, R. “Yesus, ingatlah akan aku, apabila Engkau datang sebagai Raja.” N. Kata Yesus kepadanya, †. “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pada hari ini juga engkau akan ada bersama-sama Aku di dalam Firdaus.” N. Ketika itu kira-kira pukul dua belas. Kegelapan meliputi seluruh daerah itu sampai jam tiga, sebab matahari tidak bersinar. Ketika itu tabir Bait Suci terbelah dua. Lalu Yesus berseru dengan suara nyaring, †. “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” N. Dan sesudah berkata demikian, Yesus menyerahkan nyawa-Nya. Semua hening sejenak mengenangkan wafat Tuhan N. Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya, S. “Sungguh, orang ini adalah orang besar!” N. Di situ berkerumun pula orang banyak yang datang untuk menyaksikan seluruh peristiwa itu. Sesudah melihat apa yang terjadi itu, pulanglah mereka sambil memukul-mukul diri. Semua orang yang mengenal Yesus dari dekat, termasuk perempuan-perempuan yang mengikuti Dia dari Galilea, berdiri jauh-jauh dan melihat semua itu. Waktu itu ada seorang yang bernama Yusuf. Ia anggota Majelis Agung, dan seorang yang baik lagi benar. Ia tidak setuju dengan putusan dan tindakan Majelis itu. Ia berasal dari Arimatea, sebuah kota Yahudi, dan ia menanti-nantikan Kerajaan Allah. Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta jenazah Yesus. Dan sesudah menurunkan jenazah itu, ia mengafaninya dengan kain lenan, lalu membaringkannya di dalam kubur yang digali di dalam bukit batu, di mana belum pernah dibaringkan satu jenazah pun. Hari itu adalah hari persiapan, dan Sabat hampir mulai. Perempuan-perempuan yang datang bersama Yesus dari Galilea ikut serta dan melihat kubur itu; juga mereka melihat bagaimana jenazah Yesus dibaringkan. Setelah pulang, mereka menyediakan rempah-rempah dan minyak mur. Dan pada hari Sabat mereka beristirahat menurut hukum Taurat. Demikianlah Injil Tuhan U. Terpujilah Kristus. Renungan Hari-hari retret agung yang dijalani Gereja sejak Hari Rabu Abu yang lalu bermuara dan mencapai puncaknya dalarn Pekan Suci ini. Sebelum merayakan Trihari Suci, hari ini kita merayakan Hari Minggu Palma. Perayaan hari ini bersisi ganda; bagian pertama berwarna “terang cerah” untuk mengenangkan peristiwa masuknya Yesus ke Kota Yerusalem, lalu menyusul bagian kedua bernuansa “gelap kelabu” untuk mengenang Sengsara Tuhan dan untuk itu dibacakan kisah passio. Pada bagian pertama, sejauh kondisi sosial masyarakat setempat memungkinkan, dibuat upacara perarakan dari luar gereja memasuki gereja sambil umat melambaikan daun palma. Latar-belakang pemakaian daun palma ini ditemukan dalam Yoh_ 1213; pada Injil Sinoptik, misalnya Luk. 1935-36 hanya dikatakan orang banyak menghamparkan pakaian di jalan untuk dilewati Yesus yang datang dengan keledai Dalam tradisi Yahudi, daun palma menjadi simbol kemenangan sekaligus ungkapan pengharapan besar bahwa Yesus inilah Sang Mesias yang sudah lama dinantikan; Dia akan menjadi Raja yang akan mengantar kepada kejayaan di bidang politik dan militer, Maka kepada Yesus diarahkan seruan pekikan “Hosanna Sang Raja ...”. Menyusul bagian upacara yang kedua dengan fokus Injil yakni pembacaan passio kisah sengsara Tuhan. Baru saja khalayak ramai mengelu-elukan Yesus sebagai Raja, tidak lama sesudahnya Yesus ditolak mentah-mentah oleh massa yang sama. Mereka ramai-ramai menjadikan Yesus sebagai “pesakitan”. Perhentian demi perhentian menandai perjalanan derita dan salib Tuhan. Semua pihak kompak bersatu dalam ujaran kebencian dan pekikan hujatan “salibkan Dia, salibkan Dia.” Demikianlah sikap dasar kita manusia, dapat begitu cepat berubah bagaikan arah angin. Sementara Allah dengan kasih karunianya yang tak pernah berkesudahan terus melimpah ruah demi penebusan dan keselamatan kita manusia. Mari kita mengikuti jejak Tuhan kita, kita belajar mengasihi tanpa batas dan tidak pamrih! FN/Inspirasi Batin 2019 Antifon Komuni Mat 2642 Ya Bapa, jika tak mungkin piala ini berlalu tanpa Kuminum, jadilah kehendak-Mu. Father, if this chalice cannot pass without my drinking it, your will be done. Pater, si non potest hic calix transire, nisi bibam illum fiat voluntas tua.8QEJtu.